Tren Konten Masa Depan: Video Pendek

Konten video kian menjadi candu bagi audiens di jagad maya, khususnya bagi para pengguna media sosial. Sebesar 98,5% aktivitas daring yang dilakukan netizen adalah menonton video online. Maka tak heran jika YouTube sebagai salah satu platform media sosial yang memuat konten video menjadi medium yang paling banyak diakses warganet Indonesia (We Are Social, 2021).

Format video dalam bentuk audio-visual menjadikannya medium penyampai pesan yang populer dan paling banyak diminati di dunia maya untuk beberapa alasan berikut. Pertama, pesan dalam bentuk video terlihat mudah untuk meyakinkan audiens tentang nilai dari suatu benda (produk barang/jasa), ataupun pendapat pribadi dalam bentuk testimoni. Misalnya unggahan konten makan mie rebus akan terlihat lebih menggiurkan saat menampilkan gambar bergerak (video) seorang selebgram yang tengah memakan mie tersebut sambil mendecap. Format video membuat khalayak lebih merasakan ngiler saat menonton ketimbang format tulisan yang mendeskripsikan kelezatan mie tersebut.

Yang kedua, konten video begitu mudah untuk dibuat di mana pun, kapan pun, siapa pun. Ditambah lagi perangkat mobile terutama smartphone yang semakin meningkatkan kualitas kamera untuk fotografi dan pembuatan vlog dengan kualitas yang baik. Selain itu sejumlah platform media sosial pun memberikan beragam pilihan filter foto dan video yang dilengkapi dengan musik, sticker, emoji, dan elemen lainnya untuk meningkatkan tampilan gambar menjadi lebih menarik.

Dengan segala akses kemudahan dan beragam fitur menarik yang telah tersedia, tak heran jika video dianggap mampu meningkatkan engagement karena mencuri perhatian warganet dalam waktu beberapa detik. Itu sebabnya, 85% dari entitas bisnis/brand hingga personal menggunakan video sebagai salah satu tools untuk menjangkau khalayak yang lebih banyak dan beragam (Wyzowl, The State of Video Marketing, 2020).

Video Pendek Sebagai Tren Konten Masa Depan

Less is more! Welcome to the future of the content in the shape of short videos.

Hadirnya Instagram Reels di Indonesia pada akhir Juni 2021 silam menambah deretan aplikasi pembuatan video pendek. Sebelumnya, tren pembuatan video pendek di Indonesia berawal dari penggunaan aplikasi Snapchat (2013). Kemudian muncul InstaStory di Instagram yang bisa dilihat dalam waktu 24 jam. TikTok kemudian memperoleh kepopulerannya di sepanjang tahun 2020 berkat beragam video dance challenge yang menjadi tren global sebagai ajang hiburan selama kebijakan karantina Covid-19. Kini YouTube memasuki persaingan platform pembuatan video pendek dengan YouTube Shorts dan telah bisa diakses di Indonesia sejak Juli 2021 lalu.

Platform aplikasi video pendek seperti Reels membebaskan pengguna untuk menambah beragam elemen dan filter untuk menarik perhatian pengguna lainnya. (Doc: Obserf)

Konten video pendek semakin populer di kalangan pengguna media sosial, terutama bagi generasi millennial dan Gen Z yang merupakan digital natives. Pakar pemasaran digital dari HubSpot, Brandon Sanders, mengungkapkan bahwa perkembangan media sosial justru semakin membuat perhatian audiens berkurang terhadap konten. Itu sebabnya penggunaan video pendek adalah cara untuk menyampaikan hingga menerima pesan (iklan, persuasi, penjelasan, dan edukasi) secara ringkas dan cepat dalam bentuk yang menarik.

Meski dengan keterbatasan waktu yang hanya berkisar 30 detik hingga dua menit, pembuatan video pendek tak disangka justru malah meningkatkan kreativitas kreator konten dalam mengomunikasikan pesan. Malahan mudahnya memproduksi video pendek justru membuat banyak orang terlibat dalam satu tren global yang sama sehingga memunculkan perasaan one-to-one connection.

Dengan keterbatasan waktu yang telah ditetapkan oleh para pengembang aplikasi, ternyata justru keterbatasan ini dapat menjadikan konten terasa lebih otentik dan jujur. Kreator konten video pendek, baik itu entitas bisnis/brand maupun personal kerap menampilkan diri dan value yang apa adanya dan dengan mengedepankan sisi manusiawi yang lebih kuat.

Bijak Dalam Berkreasi

Kelebihan video pendek sebagai sarana pemasaran digital dinilai mampu meningkatkan lebih banyak reachengagement, dan involvement. Membuat dan memposting video pendek menjadi strategi ampuh brand awareness, baik tujuan yang bersifat komersil maupun sekedar memperoleh kepopuleran pribadi (sebagai selebgram atau influencer).

Di tengah riuhnya traffic dalam jaringan daring, agar menjadi standout dalam kerumunan konten digital memerlukan kreativitas dan keunikan yang limitless. Namun tak jarang demi sebuah konten yang viral, cukup banyak kreator yang tidak mengedepankan etika dan pertimbangan isu sosial-budaya saat menciptakan konten. Misalnya TikTok yang saat ini diwanti-wanti sebagai platform dengan cukup banyak konten yang mengandung muatan seksual, padahal platform ini ditujukan untuk audiens mulai dari usia 13 tahun yang dikategorikan sebagai anak-anak.

Tetap bijak dalam memproduksi konten agar justru tak menimbulkan skandal dan merusak nilai otentik yang dimuat dalam konten video pendek tersebut. Ketika ditangani dengan baik, konten video pendek dapat menjadi jalan pintas untuk meraih kepopuleran di jagad maya.

More Posts

Send Us A Message