Forum gosip daring sebenarnya bukan fenomena lama. Sebelum para selebgram buka suara baru-baru ini mengenai tindakan perundungan yang menimpa mereka di suatu forum gosip online, beberapa akun yang memang mengkhususkan diri untuk membahas gosip publik figur beserta aib-aibnya telah lebih dulu muncul. Salah satu yang terkenal adalah Lambe Turah (2015).
Kehadiran forum daring di Indonesia dapat ditelusuri dari munculnya Kaskus di akhir tahun 1999 sebagai tempat ‘ngobrol’ para mahasiswa Indonesia yang melanjutkan studi di luar negeri. Popularitas Kaskus berkembang di Indonesia dan menjadi platform bagi orang-orang Indonesia untuk berbicara mengenai topik apapun yang menarik perhatian.
Kemudian forum-forum pembicaraan daring lainnya ikut bermunculan dalam membahas suatu topik tertentu yang menjadi concern pengguna internet. Salah satunya yang dulu juga sempat hits adalah milis Yahoo! Groups. Bahkan booming-nya kasus Prita Mulyasari juga berawal dari forum di milis Yahoo! ini.
Mengapa Kita Bergosip?
Dalam Teori Narrative Paradigm, Walter Fisher menyebutkan bahwa pada dasarnya manusia merupakan homo narrative yang suka bercerita (storytelling). Cerita adalah bentuk komunikasi mula-mula. Yuval Noah Harari dalam bukunya Sapiens lebih jauh menuliskan jika gosip yang selalu diawali dengan sentimen dan prasangka yang menghakimi malah menjadikan manusia berbeda dari spesies lain sehingga mampu menjadi penguasa di bumi.
Oleh sebab itu, gosip adalah salah satu cara untuk mempertahankan keberlangsungan spesies manusia. Lebih penting untuk mengetahui gosip tentang siapa yang membenci kita, atau dengan siapa pacar kita berselingkuh, ketimbang mendapatkan informasi mengenai tempat makan steak terenak di Jabodetabek.
Gosip memiliki pengertian yang berbeda dengan rumor yang didefinisikan sebagai potongan informasi yang belum terverifikasi dan disebarkan saat informasi itu belum diketahui benar atau tidak. Sedangkan gosip adalah sebuah cerita dengan detail yang (terkadang) dilebih-lebihkan, mengejutkan, dan seringkali disebarkan tanpa sepengatahuan yang digosipkan. Akibatnya yang ‘korban’ gosip sering merasakan sakit karena dikucilkan hingga dibenci banyak orang.
Ketika Gosip Media Sosial Jadi Ajang Pembunuhan Karakter
Perkembangan teknologi gawai dan jaringan, terutama kanal media sosial, menyebabkan pengguna internet memiliki kesempatan akses informasi yang setara sehingga memunculkan praktik citizen journalism, di mana pengguna internet bisa bertindak selayaknya reporter/jurnalis yang melaporkan suatu kejadian di tempat di mana mereka berada (Viktoria Mirvajova, The Golden Age of Journalism, 2013).
Lambat laun internet turut pula dijadikan sebagai medium gosip yang bertujuan untuk mempengaruhi pengguna lainnya dalam memandang, mengomentari, dan menyikapi citra atau identitas online seseorang/entitas brand yang dibangun di media sosial. Akun media sosial dan platform khusus pun dibentuk agar bisa mengakomodasi ‘kebutuhan’ para pengguna dalam menyebarkan cerita tentang seseorang/brand.
Gosip pada umumnya hanya menyerang persona/entitas brand tertentu. Namun pada praktik yang berkembang justru cerita-cerita dalam forum gosip ini ikut menyeret pihak-pihak yang seharusnya tidak terkait, seperti keluarga dan sahabat. Pihak yang ikut terseret itu pun terkena imbas perundungan, hate speech, dan hoax.
Dampak Positif Gosip di Dunia Maya
Suatu persona/brand dituntut jeli dalam memanajemen animo percakapan yang terbangun dalam forum online. Sebab digosipkan oleh banyak orang sebenarnya bisa menjadi salah satu strategi pemasaran untuk menaikkan popularitas di dunia maya. Gosip yang ‘dimainkan’ dengan baik malah bisa mengarahkan opini publik untuk berpihak pada si ‘korban’.
Gosip dalam forum daring memang merupakan upaya penyebaran sentimen negatif. Namun pada dasarnya, ramainya suatu gosip mengenai seseorang/entitas brand justru dapat meningkatkan awareness dan peningkatan traffic terhadap akun yang menjadi target gosip tersebut. ‘Korban’ gosip sebenarnya bisa mengubahnya menjadi keuntungan berupa exposure dan tingginya engagement yang menjadi unsur penting marketing dalam membangun entitas online di media sosial (Okazaki, Rubio, & Campo: 2014).
Namun jika gosip yang tersebar sudah semakin tak tertahankan hingga mampu berdampak bagi kesehatan mental dan mempengaruhi relasi dengan orang lain, gosip perlu ditangkal dan dibantah agar malah tidak memperburuk keadaan. Maka dari itu, senantiasa berpikir strategik agar tidak menjadi korban gosip yang sia-sia.